Menulis adalah
hal yang telah saya geluti sejak duduk di sekolah Dasar. Berbagai kompetisi
saya ikuti hingga di bangku kuliah namun masih saja terasa kurang. Saya hanya
bisa belajar sendiri, mendapat ilmu dari guru atau dosen. Bergabung di suatu
komunitas? pernah, bahkan sempat menjadi pimpinan redaksi sebuah penerbitan pun
telah saya reguk. Namun tetap saja ada yang kurang. Setelah berada di dunia
kerja selama tiga belas tahun, berkutat dengan karya-karya ilmiah, kerinduan saya
akan dimuatnya tulisan saya di media makin menjadi. butuh teman share
kepenulisan? Yah, disinilah di IIDN secara tidak sengaja saya dapat melepaskan
kerinduan akan dunia kepenulisan yang sebenarnya. Ada kebanggaan tersendiri
saat anak semata wayang saya akan membolak balik tabloid dan majalah yang baru
tiba di rumah hanya untuk mencari nama saya. Tak hanya kepuasan yang saya
dapatkan saat beberapa karya saya bisa dimuat di media namun, kebanggaan anak
akan karya bundanya adalah hal yang sangat berharga. Saat mendengar karya-karya bunda-bunda cantik di
IIDN bisa dimuat di media, tetap belajar menulis melalui pelatihan online di
IIDN, share online tentang kepenulisan bahkan kopdar di beberapa even yang
diadakan IIDN membuat saya makin bersemangat untuk menulis di tengah-tengah
kesibukan saya sebagai tenaga pendidik, istri dan sekaligus ibu.
Dengan menulis
ada salah satu hal yang ternyata menjadi candu bagi saya dan bahkan mungkin
juga ibu-ibu yang tergabung di IIDN. Candu terhadap apa? Yah candu untuk berbagi
tentang hati, tentang apa yang kita alami, apa yang orang alami, yang kita
lihat sehingga menjadi sebuah kalimat-kalimat yang berguna dan menjadi satu
naskah yang bermanfaat menjadi terapi hati. Jadi menulislah, menulis dan tetap
menulis. Menulis adalah obat hati.
Tak hanya
sebagai obat hati, menulispun akan memperluas dan memanjangkan tali
silaturahmi. Awalnya saya tak pernah tahu siapakah yang mempelopori IIDN.
Perlahan melalui posting IIDN, Indari Mastuti lah yang berjasa mengajak ibu-ibu
yang doyan nulis untuk bersatu dalam satu wadah. Berkat kerjasamanya dengan si cantik nan
lincah dan baik hati, Lygia Pecanduhujan sayapun tak hanya mendapatkan
banyak ilmu dari IIDN namun saya juga menambah teman. Saya yang notabene
pendatang baru di kota bandung tak
terlalu banyak memiliki teman-teman yang memiliki perhatian yang sama terhadap
dunia yang saya geluti. Melalui IIDN-lah saya memiliki teman-teman yang mempunyai kesamaan perhatian, tak hanya teman-teman
baru yang berada di kota bandung tempat
saya bermukim namun tentunya teman-teman
baru di seluruh Indonesia.
Happy Birthday
IIDN….terimakasih mengantar impian bunda-bunda memiliki karya sendiri menjadi
suatu kenyataan. Semoga di masa yang akan datang IIDN tak hanya mengajak
ibu-ibu pintar menulis dan punya karya namun juga satu saat nanti dapat
mencerdaskan anak-anak dari ibu-ibu pintar di IIDN. Semangat ya, ibu-ibu dalam
berkarya.