Kamis, 23 Mei 2013

Tentang saya, menulis, dan IIDN


Menulis adalah hal yang telah saya geluti sejak duduk di sekolah Dasar. Berbagai kompetisi saya ikuti hingga di bangku kuliah namun masih saja terasa kurang. Saya hanya bisa belajar sendiri, mendapat ilmu dari guru atau dosen. Bergabung di suatu komunitas? pernah, bahkan sempat menjadi pimpinan redaksi sebuah penerbitan pun telah saya reguk. Namun tetap saja ada yang kurang. Setelah berada di dunia kerja selama tiga belas tahun, berkutat dengan karya-karya ilmiah, kerinduan saya akan dimuatnya tulisan saya di media makin menjadi. butuh teman share kepenulisan? Yah, disinilah di IIDN secara tidak sengaja saya dapat melepaskan kerinduan akan dunia kepenulisan yang sebenarnya. Ada kebanggaan tersendiri saat anak semata wayang saya akan membolak balik tabloid dan majalah yang baru tiba di rumah hanya untuk mencari nama saya. Tak hanya kepuasan yang saya dapatkan saat beberapa karya saya bisa dimuat di media namun, kebanggaan anak akan karya bundanya adalah hal yang sangat berharga. Saat  mendengar karya-karya bunda-bunda cantik di IIDN bisa dimuat di media, tetap belajar menulis melalui pelatihan online di IIDN, share online tentang kepenulisan bahkan kopdar di beberapa even yang diadakan IIDN membuat saya makin bersemangat untuk menulis di tengah-tengah kesibukan saya sebagai tenaga pendidik, istri dan sekaligus ibu.
Dengan menulis ada salah satu hal yang ternyata menjadi candu bagi saya dan bahkan mungkin juga ibu-ibu yang tergabung di IIDN. Candu terhadap apa? Yah candu untuk berbagi tentang hati, tentang apa yang kita alami, apa yang orang alami, yang kita lihat sehingga menjadi sebuah kalimat-kalimat yang berguna dan menjadi satu naskah yang bermanfaat menjadi terapi hati. Jadi menulislah, menulis dan tetap menulis. Menulis adalah obat hati.
Tak hanya sebagai obat hati, menulispun akan memperluas dan memanjangkan tali silaturahmi. Awalnya saya tak pernah tahu siapakah yang mempelopori IIDN. Perlahan melalui posting IIDN, Indari Mastuti lah yang berjasa mengajak ibu-ibu yang doyan nulis untuk bersatu dalam satu wadah.  Berkat kerjasamanya dengan si cantik nan lincah dan baik hati, Lygia Pecanduhujan sayapun tak hanya mendapatkan banyak ilmu dari IIDN namun saya juga menambah teman. Saya yang notabene pendatang baru di kota bandung  tak terlalu banyak memiliki teman-teman yang memiliki perhatian yang sama terhadap dunia yang saya geluti. Melalui IIDN-lah saya memiliki teman-teman  yang mempunyai  kesamaan perhatian, tak hanya teman-teman baru  yang berada di kota bandung tempat saya  bermukim namun tentunya teman-teman baru di seluruh Indonesia.
Happy Birthday IIDN….terimakasih mengantar impian bunda-bunda memiliki karya sendiri menjadi suatu kenyataan. Semoga di masa yang akan datang IIDN tak hanya mengajak ibu-ibu pintar menulis dan punya karya namun juga satu saat nanti dapat mencerdaskan anak-anak dari ibu-ibu pintar di IIDN. Semangat ya, ibu-ibu dalam berkarya.

Senin, 13 Mei 2013

Bagaimana Memuji Anak ?




Memuji anak bagi kita sebagai orangtuanya seringkali diberikan berlebihan. Lalu bagaimana seharusnya kita memberikan pujian pada anak? Sehingga pujian yang kita berikan kepada anak tidak kemudian membuat anak puas pada satu titik prestasi namun pujian tersebut seharusnya menumbuhkan self esteem pada anak.
Kesalahan apa sajakah yang mungkin sering kita lakukan kepada anak?
  1. memuji berlebihan.tak perlu mengatakan gambar anak anda bagus padahal banyak hal yang perlu diperbaiki. So Katakan Apa Adanya
  2. membandingkan prestasi anak dengan teman-temannya yang anda anggap lebih baik daripada anak anda sendirikarena langkah ini otomatis akan menjatuhkan rasa percaya diri anak karena merasa dipermalukan.
  3. tidak seimbang dalam memberikan reward and punishment, langkah ini akan membuat kesulitan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
  4. memberikan pujian yang terlalu sering sehingga anak akan mengalami kesulitan mengukur kelebihan kelebihan yang dimilikinya.

Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Beri pendapat apa adanya.
berikan dorongan baik  saat  anak mengalami kegagalan ataupun keberhasilan

Makaroni schotel keju tengiri (Nakita 733/2013)

alhamdulillah dimuat di Nakita 733/2013....
 Sayangnya saya tidak mendapatkan bukti muatnya.


Makaroni schotel keju tengiri
Bahan :
100 gr makaroni elbow, direbus, sisihkan
5 butir telur , dikocok rata
100 gr ikan tengiri kukus yang sudah dicacah kasar, dipisahkan dari tulangnya
1 siung bawang bombay
2 buah wortel, dipotong dadu kecil
1 buah paprika merah
100gr keju cheddar, (50 gr dipotong dadu, 50 gr diparut kasar)
1 sdm margarin
2 sdm gula
4 sdm susu kental manis
Garam

Bahan saus :
8 sdm Sambal botolan
Setengah siung bawang bombay
50 gr kacang polong kalengan
Air secukupnya
2 sdm gula
1 sdm maizena yang dilarutkan dengan air


Cara :
  1. tumis bawang bombay dengan margarin sampai halus lalu masukkan , potongan wortel , paprika merah, tunggu sampai harum.
  2. Setelah tumisan harum, masukkan ikan tengiri kukus, matikan api kemudian masukkan makaroni yang sudah direbus,  potongan keju berbentuk dadu, gula dan garam secukupnya, susu kental dan telur yang telah dikocok. Aduk rata.
  3. Setelah teraduk rata, tuang  dalam loyang pirex ukuran 35 x 35 x 5cm. ratakan.
  4. hias bagian atas adonan dengan parutan keju dan sedikit potongan paprika
  5. Panaskan oven, panggang kurang lebih 45 menit

Saus :
  1. tumis bawang bombay dengan sedikit margarin sampai harum
  2. masukkan saus sambal botolan atau saus tomat apabila disajikan untuk balita
  3. beri sedikit air,  dan gula
  4. sebentar, masukkan kacang polong. Matikan api
  5. sajikan makaroni schotel keju tengiri dengan siraman saus kacang polong
 Sajian untuk 4 orang. Makanan ini sudah saya berikan sebagai MPASI saat anak saya masuk usia 9 bulan dan ia sangat menyukainya hingga saat ini. Membuatnya mudah dan yang paling penting ada kandungan gizi lengkap, yaitu karbohidrat, protein, sayuran dan susu