Minggu, 29 Desember 2013

Berani mengungkapkan pendapat.


Budaya ewuh pakewuh yang ada di masyarakat kita cenderung mengebiri kemampuan seseorang untu mengemukakan pendapatnya. Saya sangat bersyukur dilahirkan dalam keluarga yang sangat demokratis. Apa yang saya inginkan, apa yang ada di hati tidak perlu disimpan terlalu lama karena kedua orang tua membuka kesempatan agar ketiga putrinya mau untuk berpendapat.
            Besar di tengah keluarga yang demokratis, mendapat fasilitas pendidikan mulai SD hingga pascasarjana dan bekerja  yang memberikan kesempatan agar setiap individu berani mengemukakan pendapat rupanya baru saya rasakan manfaatnya. Ya, semenjak kurang lebih 7 tahun yang lalu menetap di kota Bandung yang lekat dengan budaya priangan, saya sedikit terkejut.
            Apa pasal? Saat kita punya keinginan, saat ada kemauan namun ternyata ada orang lain yang hendak “pantas” menerimanya maka kita harus diam dan tidak dianjurkan untuk protes. kondisi yang sangat sulit saya hadapi saat saya memiliki pendirian “jika Ya dijawab Ya jika Tidak maka jawab Tidak”.
            Tidak, memegang prinsip dan pendapat yang beralasan perlu dimiliki oleh setiap orang.menanamkan sikap seperti ini juga saya tanamkan pada si kecil.hingga pada saatnya tiba seperti saat ini, maka si kecil berani mengungkapkan apabila ia suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Jadi daripada menyiksa diri memendam uneg-uneg lebih baik ungkapkan saja.

Selasa, 24 Desember 2013

E-learning, membangun kemandirian, membabat habis kendala jarak


awal mula mengenal e-learning

            Hampir 14 tahun yang lalu saya mengenal istilah e-learning untuk yang pertama kalinya saat menempuh program Pascasarjana di universitas Brawijaya Malang. Awalnya saya hanya ogah-ogahan mengikuti program perkuliahan yang beberapa diantara mata kuliah yang disajikan menggunakan media e-learning sebagai pendukung penguasaan materi perkuliahan.
            Perlahan namun pasti sedikit demi sedikit banyak mahasiswa yang rajin mengikuti program e-learning ini. Sayapun tak kalah cepat rajin mengikuti proses perkuliahan e-learning yang dilaksanakan seminggu sekali di akhir minggu bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Jepang.
            Kendala bahasa asing yang umumnya dirasakan sebagian penduduk Indonesia juga dialami saya dan beberapa rekan kuliah yang ternyata kesulitan menangkap spelling englishnya dosen-dosen Jepang yang kebetulan memang mendominasi beberapa matakuliah saya. Ah, babat habis saja pikir saya saat itu hanya sebuah awalan yang tak menyenangkan apabila kita tak menguasai bahasa Inggris yang campur aduk dengan dialek bahasa dari Negara asal penyelenggara e- learning. Yah sekelebat pikiran saya saat itu hanya berlaku apabila saya mau tidak mau harus berhubungan dengan dosen dari universitas di Jepang yang saat itu bekerjasama dengan kampus tempat saya menimba ilmu untuk melakukan teleconference. Selebihnya saya tinggal memanfaatkan materi-materi yang disediakan lewat CR ROM meski harus agak bersusah payah membaca jurnal-jurnal asing.

apa itu E-learning

            Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan e-learning? yang dimaksud dengan pembelajaran e-learning yaitu proses pembelajaran dari mana dan kapan saja antara tim pengajar dan peserta didik. Kemandirian menyerap ilmu diasah melalui materi yang telah disediakan oleh instriktur atau dosen melalui materi yang telah dikirimkan sebelumnya via email. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur dan menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas meski jarak cukup jauh dipecahkan  dengan bantuan teleconference, chatting maupun email. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran karena pada umumnya materi pembelajaran telah disimpan dan disediakan dalam bentuk CDROM, kita tinggal membacanya kemudian mengadakan diskusi agar ada timbal balik proses pembelajaran dengan dosen yang sesungguhnya berada di luar negeri atau terpisah jarak yang cukup jauh. Susah payah namun benar-benar puas hasilnya karena mater-materi yang diberikan merupakan materi yang up to date.



            Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lanjut yang dicombine dengan e-learning membutuhkan kemandirian bagi para peserta didik karena proses belajar tatap muka hanya terjadi sesekali dalam masa belajar  melalui proses pembelajaran mandiri sisanya bisa melalui proses tatap muka untuk pemantapan materi. Sayangnya saat itu fasilitas kampus tak seluruhnya memadai dan menjangkau semua mahasiswa yang membutuhkan layanan e-learning, sehingga kami harus bergerilya mencari bahan dari satu kampus ke kampus yang lain. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan karena tak hanya materi-materi bermanfaat yang didapatkan namun kebersamaan antar mahasiswa, kemandirian dan kedisiplinan dalam proses perkuliahan yang justru tak akan tertukar oleh apapun. 

Proses pengaplikasian e-learning
 
            Tak berhenti disini saja, saat saya mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta, sayapun menggunakan cara yang hampir mirip dengan proses belajar  menggunakan saya selama di pascasarjana dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Mobilitas saya yang sangat tinggi serta sambil menempuh pendidikan lanjut untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang akhirnya membuat saya bisa mengajar dimanapun saya berada. Konsultasi matakuliah juga seringkali saya lakukan via internet sehingga mahasiswapun tak terpaku pada jadwal saya berada di kampus untuk belajar. Materi-materi perkuliahan juga dapat diakses mudah oleh mahasiswa melalui web yang disediakan oleh pihak kampus sehingga siapapun dan kapanpun bisa mengaksesnya. Dengan cara ini saya dan mahasiswa meningkatkan interaksi. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari rekannya.
            Proses ini juga berlaku dalam evaluasi belajar sehingga dalam membuat tugas, saya dapat memberikan tugas yang berbeda antara mahasiswa satu dengan yang lain yang nantinya  akan meminimalisir copy paste antara mahasiswa satu dengan yang lain. Demikian pula dengan penyerahan tugas yang menggunakan media elektronik dalam hal ini e-mail. Tak hanya materi dan tugas yang akan diserahkan mahasiswa via e-mail namun mahasiswa juga berhak memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun dalam proses pembelajaran. Cara ini tak mungkin dilakukan apabila saya minta pada proses pembelajaran klasikal namun dengan menggunakan media elektronik sebagai salah satu media pembelajaran banyak hal yang dapat diperbaiki dan ditambahkan dalam proses pembelajaran.
            Dengan e-learning pula pekerjaan saya jauh lebih mudah dan efisien karena proses penilaian dan hasil tugas juga transparan bisa dilihat oleh semua mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa satu dengan yang lainnya juga akan saling belajar dari hasil jawaban dan resume hasil jawaban yang saya berikan setelah dikoreksi. Kejujuran, kemandirian, kecepatan penerimaan materi dan efisiensi belajar dan transparan akan dapat diraih dengan adanya e-learning. komunikasi antara mahasiswa dan dosen akan lebih terjalin baik karena tidak adanya ‘ewuh pakewuh” dalam dunia e-learning.
            Namun pada materi selanjutnya diperlukan penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran, penguasaan belajar  elektronik baik dari guru/dosen serta mahasiswa/siswa sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran lebih optimal. Dukungan perangkat pembelajaran elektronik ini juga harus datang dari lembaga pendidikan hingga level kementrian pendidikan sehingga lebih memotivasi guru/dosen dan siswa/mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuannya melalui e-learning.

https://www.facebook.com/indberprestasi



Minggu, 22 Desember 2013

Ibu, cinta tiada batas




Ibu, aku tahu begitu besar cinta dan kasih sayangmu meski saat aku baru memiliki si kecil tak sedikitpun tanganmu menyentuh bayiku disaat aku masih dihantui rasa takut merawat bayi
Ibu, aku tahu begitu rindunya dirimu padaku setelah 7 tahun yang lalu kita harus terpisah jarak 1000 km sejak kumenikah
Ibu, aku tahu begitu dalamnya keinginanmu agar aku hadir di dekatmu bila Ibu menemui kesulitan.
Hari ini pun aku juga masih kebingungan, apa yang bisa keberikan pada Ibu untuk menunjukkan betapa besar pula cintaku pada Ibu.
Hanya doa agar Ibu senantiasa diberikan kesehatan lahir dan batin oleh Allah SWT, tetap menjadi Ibu yang tegar, setegar Ibu hampir 20 tahun berjuang sendiri mendidik kami ketiga putrinya sepeninggal almarhum Bapak


Ya Allah,
Berikan aku kekuatan untuk menjadi sosok Ibu yang penuh cinta dan kasih sayang bagi Fadhiil dan anak-anakku yang lain kelak.
Bunda sadar masih banyak memiliki kekurangan dalam memberikan perhatian kepada Fadhiil, namun mudah-mudahan kedepannya nanti, aku bisa seperti Ibu yang memberikan cintanya padaku tanpa syarat  dan batas apapun. I love U, Ibu, semoga Allah senantiasa memberimu kesehatan lahir batin, energi ekstra untuk tetap mendampingi ketiga putrimu, menantu dan cucu-cucu kelak. Aamiin

Rabu, 18 Desember 2013

Pusdai 111213




Menjadi hal yang tak sia-sia saat mengawal fadhiil menuju PUSDAI bandung menghadiri Gebyar PAUD JABAR yang diresmikan oleh bapak Gubernur Ahmad Heryawan. meski awalnya sulit sekali membangunkan Fadhiil di pagi buta , namun alhamdulillah perjalanan menuju tempat berlangsungnya acara, rasa gembira yang diluapkannya dalam cerita sepanjang perjalanan melegakan saya.

menunggu adalah hal yang sangat membosankan apalagi untuk anak seumur Fadhiil yang hanya menunggu kedatangan seorang Gubernur yang terlambat. ah, semoga sehat-sehat selalu ya Nak meski Bunda khawatir saat melihat fadhiil sudah pucat pasi dibawah terik matahari menunggu kedatangan seorang gubernur yang belum pernah ditemuinya.


Nak...pasang senyum paling manis buat bunda, sesaat sebelum acara

Siap Posisi, tetap senyum sebelum akhirnya harus saya ajak berteduh karena pucat pasi dan Pusing dijemur

Bunda, menunggu Pak Gubernur lamaaa banget bikin lapar nih

tersenyum simpul, menunggu colenak bikinan teman

Minggu, 15 Desember 2013

bulat

mengapa saya harus memilih barang berbentuk bulat? karena bulat itu tak berujung. berputar, kadang di atas kadang dibawah, ada ritme, ada keteraturan apabila tak ada faktor pengganggu seperti halnya roda sepeda. semuanya ada keterkaitan, kesinambungan.akan tetapi sebuah roda tetaplah roda yang membutuhkan faktor x untuk membantu berputar. memutar pedal butuh tenaga sebagaimana memutar otak agar roda kehidupan terus berjalan maka kita butuh penuntun berupa ilmu dan agama. keduanya harus berjalan bersama.

KOMUNIKASI HANGAT DAN PENUH CINTA, MENGASAH KETERAMPILAN SOSIAL DAN BERGAUL ANAK




Setahun yang lalu saat si kecil mulai memasuki sekolah taman kanak kanak saya sedikit dihantui rasa khawatir. Reaksi penolakan si kecil yang berlebihan terhadap lingkungan barunya membuat saya berupaya keras agar si kecil lebih bisa memanaj emosinya bila bertemu teman-temannya yang menurutnya jahil serta penolakan terhadap sesi bercerita di depan kelas untuk semua murid.
            Semenjak kecil saya memang mengajarkan kepada si kecil mana yang dimaksud barang pribadi dan mana yang tidak, namun sedikit mengabaikan bagaimana sebenarnya emosi anak usia balita dalam bersosialisasi. Keinginan balita yang seringkali ingin memiliki barang milik orang lain meski dirinya memiliki barang serupa rupanya mengganggu si kecil karena teman-temannya sangat menyukai bekal makanan, tempat minum, tas hingga sepatu yang dimilikinya. Kondisi ini menyebabkan si kecil memilih menjauh daripada harus berbagi makanan atau barang yang dimiliki.
            Cara ini ternyata justru menimbulkan masalah baru karena si kecil merasa tidak memiliki teman.saat waktu berangkat sekolah dan pulang sekolah tiba, seringkali saya mengajaknya berbicara dari hati ke hati tentang apa yang diinginkan dari kegiatan sekolahnya. Tak mudah mengorek cerita dari si kecil, butuh beberapa waktu agar ia bisa mulai membuka cerita.
            Keinginannya agar barang-barangnya tak disentuh atau diminta oleh teman-temannya rupanya yang menjadi masalah saat itu. Tak  hanya sekali setiap kali akan membuka bekal sekolah selalu saja kotak makanan si kecil kosong atau hanya tinggal setengah bagian saja. Keinginan untuk bersekolah dari si kecil makin ciut hingga akhirnya saya sengaja meminta ijin kepada kepala sekolahnya untuk mengambil libur dengan pertimbangan akan percuma saja masuk apabila si kecil masuk sekolah bila harus didahului dengan tangisan, mogok belajar hingga tangisannya mengganggu teman-teman lainnya.
            Bercerita dan berkomunikasi secara hangat, mengorek perasaannya ketika bersekolah tetap saya lakukan karena setiap dua hari sekali selama hampir seminggu saat ijin tak masuk sekolah, sengaja saya mengajak si kecil untuk pergi kepanti asuhan dengan tujuan ia bisa melihat bahwa kondisi kehidupannya bersama saya dan ayahnya sangat baik. Jauh sangat baik dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di panti. Tak hanya melihat kegiatan sehari hari di panti namun namun juga akhirnya si kecil diijinkan untuk ikut berkegiatan bersama.
            Bersama teman-temannya di panti asuhan, saya memberi pengertian bahwa semua yang berada di panti harus berbagi makan, tempat tidur, tempat bermain, menonton tv bahkan belajar pun harus berbagi tempat tanpa ada ayah atau ibu yang mendampingi. bukan hal yang mudah untuk memberi pengertian demikian , hampir setiap kali berangkat dan pulang dari sekolah saya berusaha memberikan pengertian bahwa ada sebagian milik kita merupakan hak dari orang-orang yang kurang mampu.
            Tak hanya dengan berkegiatan seperti yang telah saya sebutkan di atas, untuk mengasah keterampilan sosial dan bergaul di lingkungan tempat tinggal, kami juga mengajak beberapa teman sebayanya untuk bermain di rumah bersama Fadhiil. Sayapun juga sering mengajaknya untuk bergabung dengan anak-anak dari teman-teman saya dan tentunya tak lupa catatan untuk mudah berbagi dengan orang lain.
            Tak butuh waktu lama untuk mengajak si kecil beradaptasi dengan kegiatan barunya untuk selalu berbagi dan bergaul dengan teman-temannya di sekolah. Komunikasi dan aktivitas positif yang saya dan suami lakukan beberapa waktu tersebut membawa perkembangan cukup baik sehingga tak perlu ada lagi tangisan, penolakan si kecil di sekolah. Memang butuh waktu yang cukup panjang namun karena saya berusaha tak melewatkan sesi bercerita saat perjalanan berangkat ke sekolah dan sepulang sekolah serta satu sesi bercerita lagi di saat makan malam bersama ayah bundanya, tak hanya kepedulian sosial dan cara bergaul yang menunjukkan perkembangan namun juga rasa percaya diri yang bertambah saat harus tampil di depan teman-temannya untuk bercerita di depan kelas juga merupakan bonus dari penciptaan komunikasi yang hangat dan penuh cinta dari kami kedua orang tuanya.
             

Rabu, 11 Desember 2013

Belajar memperlakukan bawahan dengan hati


Siapa manusia di dunia ini tak ingin dihargai? Adakah? Tentunya tidak  ada. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas semua pasti ingin dihargai sesuai porsinya. Demikian pula dengan bawahan, karyawan atau anak buah.
            Pemberian reward berupa gaji dan tunjangan rasanya belum cukup apabila perlakuan dari perusahaan, yayasan atau atasan bahkan juga rekan sekerja memberikan sikap yang kurang nyaman. Semua ini memang berawal dari hati.
            Tak hanya kita yang tinggal di Indonesia yang menjunjung adat ketimuran namun juga di belahan dunia lainnya juga mengenal bagaimana menghargai karyawan sebagi salah satu reward yang cukup signifikan memberikan kontribusi menaikkan kinerja dari karyawan.
            Katakanlah seorang karyawan dengan gaji pas-pasan bahkan kurang namun apabila atasan dan rekan kerja memberikan perhargaan terhadap hasil kerjanya dengan sikap yang “merangkul hati” karyawan, akan menjadi jaminan karyawan jauh lebih betah bekerja di tempat tersebut dibandingkan dengan karyawan yang digaji tinggi namun atasan atau rekan sekerja menghargai eksistensi seseorang yang bekerja di tempat tersebut.
            Dalam bukunya Raving Fans, Ken Blancard dan Sheldon Bowles mengungkapkan bahwa karyawan yang bahagia akan membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan. Apabila karyawan bahagia maka perusahaan akan mendapatkan karyawan : lebih besar kemungkinannya untuk betah bekerja, absen lebih sedikit dibandingkan karyawan yang tidak  bahagia, jarang mengeluh, menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi dan menularkan antusiasme kepada rekan sekerjanya.
            Mengapa saya membahas hal ini pada kesempatan kali ini? Mengikuti kegiatan anak ternyata tak hanya melulu menemani, merengkuh dan melengkapi harinya dengan keberadaan saya, namun sayapun mendapatkan banyak pelajaran berharga. Perlakuan beberapa individu yang cenderung kurang menghargai bawahan cukup membuat saya sangat jengkel karena sayapun merasakan bagaimana bila berada di posisi karyawan diperlakukan demikian. Perlakuan bagaimanakah itu ? ini hanyalah satu cuplikan percakapan yang bisa anda renungkan yang dilakukan di depan forum dengan jumlah yang cukup besar, pantaskah?

A (harus disamarkan) :  “Joni, kedepan, sini ! mana itu Joni?” (nama disamarkan pula)

Menurut saya seharusnya : “dimohon kepada bapak Doni untuk segera menuju belakang panggung menemui ibu anu ” ----> rasanya terdengar lebih enak kan

Yah ini hanyalah sebagai renungan bagaimana membahagiakan karyawan lewat kalimat kita…bagaimana dengan anda?

Rabu, 04 Desember 2013

tentang hari ini

Saat menempuh usia baru, rasanya masih ada yang kurang.
Tahun ini tak ada lagi yang menyapa dan mengucap selamat di waktu subuh
Tak ada lagi sapanya yang penuh cinta dan sangat saya rindukan
tanpa sadar saya masih menunggu suaranya di malam ini
bahkan suaranya meski lewat telepon untuk membangunkanku dan memberi selamat seharian ini terngiang terus
Entah energi dan ingatan ajaib seperti apa yang dimiliki eyang bude, saat semua jadwal ulang tahun saudara, anak dan cucu-cucunya yang tidak sedikit jumlahnya bisa beliau ingat.
Kalau biasanya beliau yang selalu memberi kado cinta sepenuh hati di setiap ulang tahun kita, maka yuk setiap kita berulang tahun, kewajiban kitalah memberi kado buat eyang bude berupa al fatihah yang jumlahnya juga spesial…miss U Eyang kangen banget sapamu..."Non, selamat ulang tahun ya sayang...sudahkah shalat subuh?" .I love U Eyang