Siapa manusia di dunia ini tak
ingin dihargai? Adakah? Tentunya tidak
ada. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas semua pasti ingin
dihargai sesuai porsinya. Demikian pula dengan bawahan, karyawan atau anak
buah.
Pemberian
reward berupa gaji dan tunjangan rasanya belum cukup apabila perlakuan dari
perusahaan, yayasan atau atasan bahkan juga rekan sekerja memberikan sikap yang
kurang nyaman. Semua ini memang berawal dari hati.
Tak
hanya kita yang tinggal di Indonesia yang menjunjung adat ketimuran namun juga
di belahan dunia lainnya juga mengenal bagaimana menghargai karyawan sebagi
salah satu reward yang cukup signifikan memberikan kontribusi menaikkan kinerja
dari karyawan.
Katakanlah
seorang karyawan dengan gaji pas-pasan bahkan kurang namun apabila atasan dan
rekan kerja memberikan perhargaan terhadap hasil kerjanya dengan sikap yang
“merangkul hati” karyawan, akan menjadi jaminan karyawan jauh lebih betah
bekerja di tempat tersebut dibandingkan dengan karyawan yang digaji tinggi
namun atasan atau rekan sekerja menghargai eksistensi seseorang yang bekerja di
tempat tersebut.
Dalam
bukunya Raving Fans, Ken Blancard dan Sheldon Bowles mengungkapkan bahwa
karyawan yang bahagia akan membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan.
Apabila karyawan bahagia maka perusahaan akan mendapatkan karyawan : lebih
besar kemungkinannya untuk betah bekerja, absen lebih sedikit dibandingkan
karyawan yang tidak bahagia, jarang
mengeluh, menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, menghasilkan pekerjaan
berkualitas tinggi dan menularkan antusiasme kepada rekan sekerjanya.
Mengapa
saya membahas hal ini pada kesempatan kali ini? Mengikuti kegiatan anak
ternyata tak hanya melulu menemani, merengkuh dan melengkapi harinya dengan keberadaan
saya, namun sayapun mendapatkan banyak pelajaran berharga. Perlakuan beberapa
individu yang cenderung kurang menghargai bawahan cukup membuat saya sangat
jengkel karena sayapun merasakan bagaimana bila berada di posisi karyawan
diperlakukan demikian. Perlakuan bagaimanakah itu ? ini hanyalah satu cuplikan
percakapan yang bisa anda renungkan yang dilakukan di depan forum dengan jumlah
yang cukup besar, pantaskah?
A (harus disamarkan) : “Joni, kedepan, sini ! mana itu Joni?” (nama
disamarkan pula)
Menurut saya seharusnya : “dimohon kepada bapak Doni untuk segera
menuju belakang panggung menemui ibu anu ” ----> rasanya terdengar lebih enak kan
Yah ini hanyalah sebagai renungan
bagaimana membahagiakan karyawan lewat kalimat kita…bagaimana dengan anda?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar