Rabu, 11 Desember 2013

Belajar memperlakukan bawahan dengan hati


Siapa manusia di dunia ini tak ingin dihargai? Adakah? Tentunya tidak  ada. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas semua pasti ingin dihargai sesuai porsinya. Demikian pula dengan bawahan, karyawan atau anak buah.
            Pemberian reward berupa gaji dan tunjangan rasanya belum cukup apabila perlakuan dari perusahaan, yayasan atau atasan bahkan juga rekan sekerja memberikan sikap yang kurang nyaman. Semua ini memang berawal dari hati.
            Tak hanya kita yang tinggal di Indonesia yang menjunjung adat ketimuran namun juga di belahan dunia lainnya juga mengenal bagaimana menghargai karyawan sebagi salah satu reward yang cukup signifikan memberikan kontribusi menaikkan kinerja dari karyawan.
            Katakanlah seorang karyawan dengan gaji pas-pasan bahkan kurang namun apabila atasan dan rekan kerja memberikan perhargaan terhadap hasil kerjanya dengan sikap yang “merangkul hati” karyawan, akan menjadi jaminan karyawan jauh lebih betah bekerja di tempat tersebut dibandingkan dengan karyawan yang digaji tinggi namun atasan atau rekan sekerja menghargai eksistensi seseorang yang bekerja di tempat tersebut.
            Dalam bukunya Raving Fans, Ken Blancard dan Sheldon Bowles mengungkapkan bahwa karyawan yang bahagia akan membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan. Apabila karyawan bahagia maka perusahaan akan mendapatkan karyawan : lebih besar kemungkinannya untuk betah bekerja, absen lebih sedikit dibandingkan karyawan yang tidak  bahagia, jarang mengeluh, menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi dan menularkan antusiasme kepada rekan sekerjanya.
            Mengapa saya membahas hal ini pada kesempatan kali ini? Mengikuti kegiatan anak ternyata tak hanya melulu menemani, merengkuh dan melengkapi harinya dengan keberadaan saya, namun sayapun mendapatkan banyak pelajaran berharga. Perlakuan beberapa individu yang cenderung kurang menghargai bawahan cukup membuat saya sangat jengkel karena sayapun merasakan bagaimana bila berada di posisi karyawan diperlakukan demikian. Perlakuan bagaimanakah itu ? ini hanyalah satu cuplikan percakapan yang bisa anda renungkan yang dilakukan di depan forum dengan jumlah yang cukup besar, pantaskah?

A (harus disamarkan) :  “Joni, kedepan, sini ! mana itu Joni?” (nama disamarkan pula)

Menurut saya seharusnya : “dimohon kepada bapak Doni untuk segera menuju belakang panggung menemui ibu anu ” ----> rasanya terdengar lebih enak kan

Yah ini hanyalah sebagai renungan bagaimana membahagiakan karyawan lewat kalimat kita…bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar