Selasa, 24 Desember 2013

E-learning, membangun kemandirian, membabat habis kendala jarak


awal mula mengenal e-learning

            Hampir 14 tahun yang lalu saya mengenal istilah e-learning untuk yang pertama kalinya saat menempuh program Pascasarjana di universitas Brawijaya Malang. Awalnya saya hanya ogah-ogahan mengikuti program perkuliahan yang beberapa diantara mata kuliah yang disajikan menggunakan media e-learning sebagai pendukung penguasaan materi perkuliahan.
            Perlahan namun pasti sedikit demi sedikit banyak mahasiswa yang rajin mengikuti program e-learning ini. Sayapun tak kalah cepat rajin mengikuti proses perkuliahan e-learning yang dilaksanakan seminggu sekali di akhir minggu bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Jepang.
            Kendala bahasa asing yang umumnya dirasakan sebagian penduduk Indonesia juga dialami saya dan beberapa rekan kuliah yang ternyata kesulitan menangkap spelling englishnya dosen-dosen Jepang yang kebetulan memang mendominasi beberapa matakuliah saya. Ah, babat habis saja pikir saya saat itu hanya sebuah awalan yang tak menyenangkan apabila kita tak menguasai bahasa Inggris yang campur aduk dengan dialek bahasa dari Negara asal penyelenggara e- learning. Yah sekelebat pikiran saya saat itu hanya berlaku apabila saya mau tidak mau harus berhubungan dengan dosen dari universitas di Jepang yang saat itu bekerjasama dengan kampus tempat saya menimba ilmu untuk melakukan teleconference. Selebihnya saya tinggal memanfaatkan materi-materi yang disediakan lewat CR ROM meski harus agak bersusah payah membaca jurnal-jurnal asing.

apa itu E-learning

            Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan e-learning? yang dimaksud dengan pembelajaran e-learning yaitu proses pembelajaran dari mana dan kapan saja antara tim pengajar dan peserta didik. Kemandirian menyerap ilmu diasah melalui materi yang telah disediakan oleh instriktur atau dosen melalui materi yang telah dikirimkan sebelumnya via email. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur dan menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas meski jarak cukup jauh dipecahkan  dengan bantuan teleconference, chatting maupun email. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran karena pada umumnya materi pembelajaran telah disimpan dan disediakan dalam bentuk CDROM, kita tinggal membacanya kemudian mengadakan diskusi agar ada timbal balik proses pembelajaran dengan dosen yang sesungguhnya berada di luar negeri atau terpisah jarak yang cukup jauh. Susah payah namun benar-benar puas hasilnya karena mater-materi yang diberikan merupakan materi yang up to date.



            Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lanjut yang dicombine dengan e-learning membutuhkan kemandirian bagi para peserta didik karena proses belajar tatap muka hanya terjadi sesekali dalam masa belajar  melalui proses pembelajaran mandiri sisanya bisa melalui proses tatap muka untuk pemantapan materi. Sayangnya saat itu fasilitas kampus tak seluruhnya memadai dan menjangkau semua mahasiswa yang membutuhkan layanan e-learning, sehingga kami harus bergerilya mencari bahan dari satu kampus ke kampus yang lain. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan karena tak hanya materi-materi bermanfaat yang didapatkan namun kebersamaan antar mahasiswa, kemandirian dan kedisiplinan dalam proses perkuliahan yang justru tak akan tertukar oleh apapun. 

Proses pengaplikasian e-learning
 
            Tak berhenti disini saja, saat saya mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta, sayapun menggunakan cara yang hampir mirip dengan proses belajar  menggunakan saya selama di pascasarjana dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Mobilitas saya yang sangat tinggi serta sambil menempuh pendidikan lanjut untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang akhirnya membuat saya bisa mengajar dimanapun saya berada. Konsultasi matakuliah juga seringkali saya lakukan via internet sehingga mahasiswapun tak terpaku pada jadwal saya berada di kampus untuk belajar. Materi-materi perkuliahan juga dapat diakses mudah oleh mahasiswa melalui web yang disediakan oleh pihak kampus sehingga siapapun dan kapanpun bisa mengaksesnya. Dengan cara ini saya dan mahasiswa meningkatkan interaksi. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari rekannya.
            Proses ini juga berlaku dalam evaluasi belajar sehingga dalam membuat tugas, saya dapat memberikan tugas yang berbeda antara mahasiswa satu dengan yang lain yang nantinya  akan meminimalisir copy paste antara mahasiswa satu dengan yang lain. Demikian pula dengan penyerahan tugas yang menggunakan media elektronik dalam hal ini e-mail. Tak hanya materi dan tugas yang akan diserahkan mahasiswa via e-mail namun mahasiswa juga berhak memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun dalam proses pembelajaran. Cara ini tak mungkin dilakukan apabila saya minta pada proses pembelajaran klasikal namun dengan menggunakan media elektronik sebagai salah satu media pembelajaran banyak hal yang dapat diperbaiki dan ditambahkan dalam proses pembelajaran.
            Dengan e-learning pula pekerjaan saya jauh lebih mudah dan efisien karena proses penilaian dan hasil tugas juga transparan bisa dilihat oleh semua mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa satu dengan yang lainnya juga akan saling belajar dari hasil jawaban dan resume hasil jawaban yang saya berikan setelah dikoreksi. Kejujuran, kemandirian, kecepatan penerimaan materi dan efisiensi belajar dan transparan akan dapat diraih dengan adanya e-learning. komunikasi antara mahasiswa dan dosen akan lebih terjalin baik karena tidak adanya ‘ewuh pakewuh” dalam dunia e-learning.
            Namun pada materi selanjutnya diperlukan penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran, penguasaan belajar  elektronik baik dari guru/dosen serta mahasiswa/siswa sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran lebih optimal. Dukungan perangkat pembelajaran elektronik ini juga harus datang dari lembaga pendidikan hingga level kementrian pendidikan sehingga lebih memotivasi guru/dosen dan siswa/mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuannya melalui e-learning.

https://www.facebook.com/indberprestasi



4 komentar :

  1. Di IPB juga ada sebagian mata kuliah yang melakukan e learning. Tapi masih sedikit persentasenya. Kalau urusan administrasi sudah 90%online

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin tergantung juga dengan mata kuliahnya ya mbak. 14 tahun yang lalu saat menempuh kuliah, saya sudah merasakan keseluruhan mata kuliah di combine dengan e learning. meski awalnya berat tapi bikin ketagihan karena makin banyak ilmu yang sebenarnya yang bisa diserap bila memang punya motivasi belajar yang kuat ya

      Hapus
  2. wah 14 tahun itu lama lho ... :)
    Sukses kontes blognya Mak.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah selulus S1 dapat beasiswa lanjut ke S2.14 tahun memang sudah lama , tapi rasanya baru kemarin bersama teman-teman mencari bahan perkuliahan. terimakasih ya sudah meninggalkan jejak

      Hapus