Sabtu, 11 Januari 2014

Menulis : karenanya saya banyak mendapatkan fasilitas


            Menulis sudah mendarah daging dalam kehidupan saya. Semenjak salah satu guru sekolah dasar di sebuah kota kecil di jawa Timur mendaftarkan saya mengikuti lomba narasi, sejak itu pulalah saya mulai meraup rupiah dan berbagai macam bingkisan dari menulis. Saya memang bukan siapa-siapa. Saat itu saya hanyalah anak usia 11 tahun yang tak mengerti apa itu bernarasi. Yang saya ingat hanyalah saya bisa menjuarai lomba narasi dan pidato di usia masih sangat belia. Bercerita dan menulis sesuai tema dengan bantuan almarhum bapak yang memang seringkali berpidato dan mengajar di berbagai departemen di pemerintahan mengasah dan memupuk kecintaan saya pada dunia menulis. Hadiah berupa paket buku yang saat ini masih tersimpan dengan baik bahkan menjadi bacaan wajib anak semata wayang saya saat berkunjung ke rumah eyang serta sebuah hadiah sepeda mini dari sebuah media bacaan anak yang masih baik tersimpan menjadi sebuah kenangan awal mula saya menekuni dunia menulis.
            Kecintaan saya pada dunia menulis berawal dari seringnya memperhatikan almarhum eyang kakung dan almarhum bapak yang di waktu senggangnya dihabiskan untuk membaca buku. Sayapun berusaha ikut membaca buku-buku yang beliau baca meski saya masih duduk di kelas 3 SD. Buku-buku yang menurut saya saat ini sungguh berat untuk anak seusia saya saat itu yaitu : dibawah bendera revolusi selain bundelan komik donal bebek, biografi suharto, majalah si kuncung, ananda dan buku cerita yang seringkali saya pinjam dari perpustakaan. Kemampuan menceritakan kembali yang dituangkan kedalam tulisan (bahasa bekennya resume), akhirnya bertemu pasangan yang tepat karena Bu Iin yang kebetulan menjadi guru bidang bahasa Indonesia saat itu mengetahui bakat saya. Bakat yang saat itu  saya miliki diasah dengan mengikuti berbagai lomba mulai tingkat sekolah hingga provinsi di usia yang masih sangat belia.
            Bermimpi untuk bersalaman dengan ketua MPR saat masih duduk di kelas 5 SD akhirnya bisa terwujud karena saya pun bisa menjuarai lomba menulis surat kepada Presiden saat itu. Saya hanyalah si pemalu yang hanya sanggup percaya diri saat berada di perpustakaan atau bila sudah memegang mikrofon untuk lomba pidato. Perjalanan saya di dunia kepenulisan makin melesat saat almarhum ayah yang saat itu dipindah tugaskan ke surabaya. Letak sekolah yang dekat dengan kantor Pos besar, Pusat Distribusi majalah dan Surat Kabar serta toko buku meletupkan semangat baru untuk berkarya. Kemudahan akses membaca gratis di ketiga tempat tersebut mengantarkan saya menjuarai lomba narasi tingkat provinsi dan sayalah satu-satunya peserta termuda yang masih duduk di kelas 2 SMP. Penganugerahan penghargaan, hadiah oleh gubernur  di sebuah hotel bintang lima di kota surabaya hanyalah sebagian kecil anugerah yang saya dapatkan saat itu karena sayapun saat itu selain mendapatkan tabungan sebesar satu juta rupiah di tahun 1991, saya juga mendapatkan fasilitas magang sebagai jurnalis cilik di harian SURYA,
            Magang sebagai jurnalis cilik di harian SURYA yang akhirnya mengantarkan saya bisa berkarir selama delapan belas bulan di Harian Jawa Pos, penerbit surat kabar terbesar di Pulau Jawa hingga saat ini. Berkat prestasi saya selama bekerja sambil kuliah pula saya mendapatkan beasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di kota Malang. Studi tak menghapus kecintaan saya pada hobi menulis yang pada akhirnya mengantar saya memimpin sebuah penerbitan Mahasiswa dan ektra kurikuler Karya Ilmiah Mahasiswa. Berkat menulis yang diasah dalam menerbitkan majalah, buletin serta mengikuti lomba karya ilmiah Mahasiswa yang mengantar saya menjadi Mahasiswa Teladan I dan berhak mendapatkah beasiswa penuh S2 dan hibah dana Penelitian serta kewirausahaan yang jumlahnya cukup besar saat itu. rasa syukur tak hanya terhenti disini saja karena pada akhirnya prestasi saya inilah yang mengantar saya untuk menjadi dosen tetap di sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kota Malang, menjadi dosen luar biasa di 7 kampus swasta dan yang membuat saya bangga sayapun direkrut untuk menjadi konsultan sumber Daya Manusia di sebuah perusahaan besar di Indonesia semenjak tahun 1998. semua saya dapatkan karena prestasi menulis dan tentunya pengalaman bidang public relation yang lagi-lagi merupakan hasil dari kecintaan dari dunia menulis.
            Yah, Menulis telah mendarah daging pada kehidupan saya, bahkan putra pertama saya pun mulai mengikuti jejak saya melalui meresume isi buku ilmu pengetahuan atau buku cerita koleksi perpustakaan kami…lalu bagaimana dengan Anda? Menulis itu mengalir bagai aliran darah, bila kita berhenti mengalirkannya dengan mematikan kecintaan kita pada membaca, mengamati dan menganalisa maka jangan heran bila aliran tersebut akan mati.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar