Menulis
sudah mendarah daging dalam kehidupan saya. Semenjak salah satu guru sekolah
dasar di sebuah kota kecil di jawa Timur mendaftarkan saya mengikuti lomba
narasi, sejak itu pulalah saya mulai meraup rupiah dan berbagai macam bingkisan
dari menulis. Saya memang bukan siapa-siapa. Saat itu saya hanyalah anak usia
11 tahun yang tak mengerti apa itu bernarasi. Yang saya ingat hanyalah saya
bisa menjuarai lomba narasi dan pidato di usia masih sangat belia. Bercerita
dan menulis sesuai tema dengan bantuan almarhum bapak yang memang seringkali
berpidato dan mengajar di berbagai departemen di pemerintahan mengasah dan
memupuk kecintaan saya pada dunia menulis. Hadiah berupa paket buku yang saat
ini masih tersimpan dengan baik bahkan menjadi bacaan wajib anak semata wayang
saya saat berkunjung ke rumah eyang serta sebuah hadiah sepeda mini dari sebuah
media bacaan anak yang masih baik tersimpan menjadi sebuah kenangan awal mula
saya menekuni dunia menulis.
Kecintaan
saya pada dunia menulis berawal dari seringnya memperhatikan almarhum eyang
kakung dan almarhum bapak yang di waktu senggangnya dihabiskan untuk membaca
buku. Sayapun berusaha ikut membaca buku-buku yang beliau baca meski saya masih
duduk di kelas 3 SD. Buku-buku yang menurut saya saat ini sungguh berat untuk anak
seusia saya saat itu yaitu : dibawah
bendera revolusi selain bundelan komik donal bebek, biografi suharto,
majalah si kuncung, ananda dan buku cerita yang seringkali saya pinjam dari
perpustakaan. Kemampuan menceritakan kembali yang dituangkan kedalam tulisan
(bahasa bekennya resume), akhirnya bertemu pasangan yang tepat karena Bu Iin
yang kebetulan menjadi guru bidang bahasa Indonesia saat itu mengetahui bakat
saya. Bakat yang saat itu saya miliki
diasah dengan mengikuti berbagai lomba mulai tingkat sekolah hingga provinsi di
usia yang masih sangat belia.
Bermimpi
untuk bersalaman dengan ketua MPR saat masih duduk di kelas 5 SD akhirnya bisa
terwujud karena saya pun bisa menjuarai lomba menulis surat kepada Presiden
saat itu. Saya hanyalah si pemalu yang hanya sanggup percaya diri saat berada
di perpustakaan atau bila sudah memegang mikrofon untuk lomba pidato.
Perjalanan saya di dunia kepenulisan makin melesat saat almarhum ayah yang saat
itu dipindah tugaskan ke surabaya. Letak sekolah yang dekat dengan kantor Pos
besar, Pusat Distribusi majalah dan Surat Kabar serta toko buku meletupkan
semangat baru untuk berkarya. Kemudahan akses membaca gratis di ketiga tempat
tersebut mengantarkan saya menjuarai lomba narasi tingkat provinsi dan sayalah
satu-satunya peserta termuda yang masih duduk di kelas 2 SMP. Penganugerahan
penghargaan, hadiah oleh gubernur di
sebuah hotel bintang lima di kota surabaya hanyalah sebagian kecil anugerah
yang saya dapatkan saat itu karena sayapun saat itu selain mendapatkan tabungan
sebesar satu juta rupiah di tahun 1991, saya juga mendapatkan fasilitas magang
sebagai jurnalis cilik di harian SURYA,
Magang
sebagai jurnalis cilik di harian SURYA yang akhirnya mengantarkan saya bisa
berkarir selama delapan belas bulan di Harian Jawa Pos, penerbit surat kabar
terbesar di Pulau Jawa hingga saat ini. Berkat prestasi saya selama bekerja
sambil kuliah pula saya mendapatkan beasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri
di kota Malang. Studi tak menghapus kecintaan saya pada hobi menulis yang pada
akhirnya mengantar saya memimpin sebuah penerbitan Mahasiswa dan ektra
kurikuler Karya Ilmiah Mahasiswa. Berkat menulis yang diasah dalam menerbitkan
majalah, buletin serta mengikuti lomba karya ilmiah Mahasiswa yang mengantar
saya menjadi Mahasiswa Teladan I dan berhak mendapatkah beasiswa penuh S2 dan
hibah dana Penelitian serta kewirausahaan yang jumlahnya cukup besar saat itu.
rasa syukur tak hanya terhenti disini saja karena pada akhirnya prestasi saya
inilah yang mengantar saya untuk menjadi dosen tetap di sebuah perguruan tinggi
swasta terbesar di kota Malang, menjadi dosen luar biasa di 7 kampus swasta dan
yang membuat saya bangga sayapun direkrut untuk menjadi konsultan sumber Daya
Manusia di sebuah perusahaan besar di Indonesia semenjak tahun 1998. semua saya
dapatkan karena prestasi menulis dan tentunya pengalaman bidang public relation
yang lagi-lagi merupakan hasil dari kecintaan dari dunia menulis.
Yah,
Menulis telah mendarah daging pada kehidupan saya, bahkan putra pertama saya
pun mulai mengikuti jejak saya melalui meresume isi buku ilmu pengetahuan atau
buku cerita koleksi perpustakaan kami…lalu bagaimana dengan Anda? Menulis itu
mengalir bagai aliran darah, bila kita berhenti mengalirkannya dengan mematikan
kecintaan kita pada membaca, mengamati dan menganalisa maka jangan heran bila
aliran tersebut akan mati.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar